Kamis, 08 Desember 2011

The Secret Motivation Indonesia's First Education Minister Ki Hajar Dewantoro

Malam yang dingin menyapaku, aku teringat tadi pagi ditanya oleh seorang anak kecil yang masih sekolah dibangku sekolah dasar. Aku ditanya gini, "Mas menteri pendidikan pertama siapa ya?". Wah dengan kagetnya aku. Siapa ya, aku lupa soalnya. Ah dalam benakku, betapa bodohnya ya aku, gitu aja tidak tahu. Padahal kan aku seorang guru, masak seorang pendidik tidak tahu nama menteri pendidikan pertama di indonesia. Setelah cari mbah google ternyata menteri menteri pendidikan pertama di Negeri Tercinta ini adalah Mbah Ki Hadjar Dewantara (klik untuk nyari di mbah google) atau lebih enaknya Aku panggil Mbah KHD. Setelah baca kisahnya ternyata perjuangan orang terdahulu sangat berat ya dan kenapa sekarang jaman sekarang orang-orang pada menganggap remeh pendidikan. Padahal motivasi mereka untuk menjadikan bangsa ini berpendidikan sangat lah besar sekali. Dan kenapa banyak orang bodoh dan atau berlagak bodoh mengaku berpendidikan tapi tingkah laku seperti bukan pendidik. (He...Mungkin termasuk aku ya, tapi tidak lah kenapa yang penting kita bisa lebih baik). Dibawah ini kita akan liat the true motivation of Mbah KHD.



Ki Hadjar Dewantoro
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun[1]; selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998.

Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)

Kata yang terkenal KHD ialah "Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya". 

Kata yang terkenal kedua ialah Een voor Allen maar Ook Allen voor Een yang berarti Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga

Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).
Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.

Pengabdian di masa Indonesia merdeka, Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959

Lihat perjuangannya, begitu membanggakan. Dan sepantasnya kita belajar lagi untuk memajukan pendidikan di indonesia, dan berkata "Majulah Indonesiaku, Aku bangga menjadi orang Indonesia".

Daftar Pustaka : 

1 komentar:

  1. go....go....go....
    Aku orang pertama yang berkata "Majulah Indonesiaku, Aku bangga menjadi orang Indonesia".

    BalasHapus