Jumat, 13 April 2012

Buah Hasil Kesabaran adalah Kesuksesan

Kebaikan di awalnya terasa sulit dan berat. Di masa depan, barulah terasa nikmat dan manisnya buah kebaikan tersebut. Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad menggunakan tamsil lika-liku kehidupan seseorang seperti orang yang sedang berjuang mati-matian, mengerahkan seluruh kuasa dan tenaga guna mendaki sebuah bukit. Dengan semangat yang membara di dada, ia akhirnya berhasil sampai di puncak.

Perlu perjuangan dan pengorbanan luar biasa dalam berbuat kebajikan. Sulit, mendaki sedikit demi sedikit, telaten, ulet, dan gesit yang pada akhirnya mengantarkan pada kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT.

Sementara, kejelekan hanyalah manis dan terasa nikmat di permulaannya. Tetapi terasa pahit tidak terkira akibat yang ditimbulkannya. Ibarat seorang yang terjun bebas dari bangunan pencakar langit. Ia merasakan udara yang berhembus sepoi-sepoi, pemandangan yang indah menggoda mata, namun setelah tubuhnya tergelepar di tanah, barulah ia merasakan sakit yang sangat menyakitkan.

Kini, di depan kita terpampang dua jalan yang sama-sama menjanjikan kenikmatan. Kenikmatan di penghujung dengan kesulitan di awal yaitu jalan surga atau kenikmatan di awal dengan kesengsaraan di akhir. Rasulullah SAW bersabda: “Surga diliputi dengan hal-hal yang tak menyenangkan sementara neraka diliputi dengan kesenangan-kesenangan.” (HR. Muslim)

Jika jalan kebajikan menjadi pilihan kita, maka bersiap-siaplah menjadikan sabar dan ketangguhan sebagai ‘baju’ kehidupan sehari-hari. Dan jika keculasan serta ketidakarifan menjadi pilihan yang kita ambil, maka nikmat berujung laknat akan kita tunai.

Di sinilah sabar memainkan perannya sebagai kata kunci dalam mengambil pilihan kebaikan. Hanya sabar, segala hal bisa terselesaikan. Dengan sabar, semua perkara dapat dicarikan jalan keluarnya. Lewat sabar, seseorang mampu berpikir panjang, menghitung baik-buruk sebelum berucap dan bertindak. 

Apa balasan bagi orang yang sabar mengerjakan kebaikan yang diperintahkan oleh Allah? “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Qs. Al-Zumar: 10) Oleh karenanya, jangan terlena dan terjebak pada asyik-masyuk kemunkaran yang tersaji dan jangan patah arang menghadapi ujian. Para nabi dan rasul yang Allah utus pada kaumnya adalah sosok yang terpuji kesabarannya. 

Nabi Muhammad SAW merupakan tauladan dalam keutamaan sabar. Sebelum terlahir, ayahnya telah wafat. Tidak lama usai kelahirannya, ibunya menyusul sang suami. Sejak kecil, beliau SAW telah bekerja meringankan beban hidup paman yang mengasuhnya, Abu Thalib, sebagai penggembala kambing.

Setelah itu, saat diangkat sebagai Nabi dan Rasul, ujian itu tak kunjung lenyap justru bertambah. Cacian, hinaan, sumpah serapa menjadi menu sehari-hari yang beliau hadapi dengan tabah. Inilah sikap yang saat ini, mesti kita imitasi dan teladani. Tanpa sabar dan tabah, putus asalah yang kemudian menjadi batu sandungan dalam hidup. Padahal, hidup tak selamanya berisi kesusahan, kebahagiaan juga Allah gelar.

Maka, siapapun orangnya, jika menginginkan sukses dalam hidup di dunia, mau atau tidak, ia harus punya sikap sabar.  “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (Qs. As-Sajdah: 24). Seorang penyair berkata: Sabar bak jadam, pahit terasa
Namun hasilnya lebih manis dari madu.

Sumber : http://www.lpidaruttauhidmalang.com/2012/03/imam-abdullah-al-haddad-sabar-kunci.html
Majulah Indonesiaku, Aku bangga menjadi orang Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar